Perhelatan pameran alutista pada Indo Defence 2018 berhasil menuai decak kagum dari banyak negara yang mengikutinya. Yang lebih membanggakannya lagi, banyak produk pertahanan lokal yang dipamerkan berhasil menarik minat dari negara pembeli. Sebut saja Tank Harimau Kaplan buatan PT. PINDAD yang dipesan masing-masing 50 dan 40 unit oleh Filipina dan Brunei.
Tak hanya itu saja, Filipina kembali memesan 2 kapal perang jenis LPD (Landing Platform Dock) buatan PT. PAL setelah pada 2015 lalu juga telah membeli kapal dari tempat yang sama. Hal ini tentu saja memiliki arti yang sangat penting sekaligus sebagai sebuah 'pengakuan' bahwa produk militer dari Indonesia memiliki mutu yang bagus dan dapat diandalkan.
Tak diduga, negara tetangga yang seringkali terlibat 'cekcok' dengan kita, Malaysia juga memberikan respon yang mengejutkan. Menteri Pertahanan Malaysia Mohamad Sabu secara blak-blakan mengakui jika dirinya sangat terkesan dengan alutista buatan Indonesia yang dipamerkan dalam ajang Indo Defence 2018 ini.
Sabu juga berharap jika kerja sama pertahanan antara RI dengan Malaysia bisa terus berkembang ke depannya, Sabu menginginkan negara-negara di ASEAN mampu mandiri dalam membangun industri pertahanannya sehingga tak perlu lagi mengimpor persenjataan dari barat.
Keinginan Sabu ini tentulah sangat beralasan mengingat perkembangan industri pertahanan Indonesia sedang pesat-pesatnya sekarang ini. Indonesia lewat Tak PT. Len Industri berhasil mengembangkan sistem radar militer Len S-200 dengan kemampuan mendeteksi target hingga 200 kilometer (km) pada ketinggian 10.000 kaki. Bersama dengan Radar Maritime Surveillance, radar ini telah dipasang pada pulau perbatasan untuk menjaga wilayah NKRI.
Indonesia juga telah mampu memproduksi kapal perang jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) yang memiliki spesifikasi dengan panjang 125 meter denagn lebar 21,8 meter dan berbobot 10.300 ton. Saat berlayar, SSV ini mampu bertahan selama 30 hari penuh pada kecepatan maksimum 16 knots. Untuk fungsi mendukung pertempuran, kapal SSV ini mampu membawa 500 personil dan 121 kru kapal.
Jangan lupa, Indonesia juga sedang terlibat dalam proyek besar pembuatan jet tempur generasi 4.5 IFX/KFX bersama dengan Korea Selatan. Spesifikasi pesawat IFX/KFX tersebut antara lain memiliki panjang 51,3 feet, panjang sayap 35,2 feet, tinggi 14.9 feet, berat maksimum untuk take off (MTOW) 53.200 lb, dengan kecepatan maksimum hingga 1,9 Mach. Jet tempur ini rencanannya akan mulai beroperasi pada 2020 mendatang.
Sikap Malaysia ini harus dicermati dengan baik oleh Indonesia karena sangat berpotensi menjadi bumerang di masa yang akan datang. Kita pastinya tidak menginginkan jika persenjataan yang telah kita kembangkan malah berbalik melawan 'tuannya' karena potensi konflik antara Indonesia dan Malaysia masih sangat tinggi! kamu setuju?