Minggu ini Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) berencana akan menggelar aksi reuni alumni 212 di silang Monas Jakarta Pusat. Ketua PA 212, Slamet Ma'arif (okezone.com, 27/11) mengaku telah melakukan persiapan termasuk mengurus izin ke kepolisian dan Pemprov DKI.
Tetapi aksi damai tersebut bisa menyimpan potensi gesekan. Pasalnya elemen masyarakat yang menamakan diri Gerakan Jaga Indonesia (GJI) mendesak Polda Metro Jaya untuk tidak mengijinkan reuni tersebut (okezone.com, 26/11). "Kami minta agar Polda Metro mencegah aksi atau Reuni 212 itu," ujar Sekjen GJI, Budi Djarot.
Sementara itu ketua Presidium GJI wilayah timur, Deki Matulesi (okezone.com, 26/11) mengancam akan menurunkan ribuan massa jika reuni 212 mengibarkan bendera tauhid. "Jika di acara reuni Alumni 212 itu nanti ada bendera tauhid, jangan salahkan kami, akan turun ribuan orang juga ke Jakarta untuk mencopot dan berhadapan langsung, bertabrakan dengan alumni 212, karena kami sepakat untuk menjaga NKRI," ujarnya.
Jika tidak disikapi dengan bijak, potensi bentrokan atau geger kedua kubu yang diancamkan Deki bisa saja terjadi. Karena Slamet Ma'arif sudah menyampaikan dalam aksi itu akan ada pengibaran bendera tauhid. "Umat juga insyallah akan disatukan dengan pengibaran bendera Tauhid dan merah putih,' demikian ujarnya (okezone.com, 27/11).
Maka kedua kubu harus dingin dan bijak dalam menyikapi. Jika tujuannya sama untuk mempersatukan bangsa, mestinya kompromi bisa dilakukan.
Semoga geger kedua kubu tidak terjadi. Karena menurut Karopenmas Polri (okezone.com, 27/11) dari aksi 212 itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya butuh skala kecil dalam pengamanan.
Mudah-mudahan hal itu benar. Sehingga suhu politik yang meningkat menuju Pilpres tidak semakin mendidih lagi.
Baca Sumber