Jakarta - Calon presiden (capres) Prabowo Subianto kembali mengatakan, hanya 1% orang di Indonesia yang menikmati kekayaan. Menurut Prabowo, data itu bersumber dari Bank Dunia. Apa respons Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati?
Mulanya, Sri Mulyani enggan berkomentar mengenai tudingan Prabowo tersebut.
"Kalau itu aku nggak komentar aja lah," ujar di Kampus STAN Tangerang Selatan, Minggu (18/11/2018).
Sri Mulyani hanya menjelaskan bahwa kesenjangan diukur oleh koefisien gini atau indeks gini. Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut, metode ini dipakai secara global.
"Pokoknya gini aja ya, pemerintah bicara mengenai banyak sekali tentang masalah kesenjangan yang secara metodologi diukur melalui gini koefisien, itu dipakai oleh seluruh dunia," katanya.
Sri Mulyani memaparkan, saat angka kesenjangan Indonesia mencapai 0,41 pemerintah terus berupaya memperbaiki kesenjangan agar tidak melebar. Negara Amerika Latin sendiri, saat itu bahkan mencapai 0,5.
Upaya yang dilakukan pemerintah bermacam-macam. Dari sisi perpajakan, orang yang makin kaya masuk dalam kelompok masyarakat dengan pendapatan tinggi. Mereka, membayar pajak lebih dari yang biasa. Sementara, masyarakat yang miskin dibantu oleh pemerintah.
"Sehingga dengan demikian kita lihat gini koefisien juga sudah mulai menurun, 0,41 sekarang menjadi 0,38," terangnya.
Selain perpajakan, Sri mengatakan, 40% masyarakat yang berada di lapisan bawah terus didorong oleh pemerintah. Intervensi yang dilakukan pemerintah antara lain melalui Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan lain-lain.
"Itu kan dipakai terutama untuk yang 40% terbawah. Inilah yang akan kita perbaiki terus. Kalau yang dari sisi perpajakan kalau yang sangat kaya, mereka kepatuhan perpajakannya makin ditingkatkan, makanya kita melakukan reformasi perpajakan. Kita bekerjasama secara internasional," tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Prabowo Subianto kembali menyinggung kurang dari 1% orang di Indonesia yang menikmati kekayaan. Menurut Prabowo, data itu bersumber dari Bank Dunia.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo saat mengunjungi warga Kampung Sukaraja, Desa Jatisari, Kecamatan Karangpawitan, Garut, Sabtu (17/11/2018).
"Kekayaan bangsa Indonesia tidak tinggal di Indonesia. Kekayaan bangsa Indonesia mengalir ke luar karena itu, tidak mungkin Indonesia sejahtera. Tidak mungkin Indonesia kuat, karena yang nikmati kekayaan hanya segelintir orang saja. Kurang dari 1% dan itu bukan Prabowo Subianto yang bicara, itu adalah Bank Dunia dan itu saya tuangkan dalam buku saya, Paradox Indonesia," kata Prabowo. (zlf/zlf)
Baca Sumber